Rabu, 02 Agustus 2023

Hayati Akhirnya Kembali

Hayati Akhirnya Kembali
Ilustrasi: Saatchi Art

Suatu ketika, sa duduk di emperan Warung Madura. Tepat di bawah temaram lampu jalan yang kusam karena tidak pernah dibersihkan. Mungkin karena posisinya terlalu tinggi, atau mungkin karena memang tidak ada yang mau peduli.

"Orang gila mana yang nekat dan rutin memanjat tiang listrik demi membersihkan lampu itu?" tanya sa dalam hati sambil mengumpat isi kepala yang entah mengapa belakangan suka memikirkan hal aneh.

Dari kejauhan, sa melihat Joko berlari kecil dengan sebuah buku tergenggam erat di tangannya. Biar kalian tahu, Joko itu tukang gali kubur di tempat tinggal kami. Dia masih lajang meski usianya sudah hampir 40-an tahun.

Joko punya hobby unik. Selain berjudi, dia mengaku suka main perempuan. Menurutnya, hidup harus dinikmati dan tidak boleh dibawa ruwet. 

"Hidup yang tidak dihidupi hanya akan menjadi hidup tanpa kehidupan" begitu katanya saat kami berdua tidak sengaja bertemu di warung kopi.

Alasan Joko suka main perempuan sebenarnya sangat sederhana. Dia pernah disakiti dengan sangat sempurna sama kekasihnya Hayati yang lebih memilih menjadi istri kedua Pak Ustad Yusuf daripada Joko.

Hayati juga tidak salah. Tidak apa-apa jadi istri kedua, setidaknya dia bisa tidur nyenyak tanpa harus pusing cari duit. Soal urusan ranjang, Ustad Yusuf cukup kuat. Kebutuhan Hayati masih bisa terpenuhi meski nikmatnya sering kali terbagi.

Sejak saat itu, Joko menjadi sangat liar. Dia termotivasi untuk bekerja lebih keras hanya untuk membalas Hayati. Uang-uang hasil nguli dia pakai untuk pergi ke tempat prostitusi. Menggauli banyak wanita menurutnya cukup meredakan amarah. 

"Hayati boleh pergi, tetapi penggantinya banyak sekali. Dari spek sapi hingga bidadari, semua aku nikmati sambil membayangkan jika selangkangan itu milik Hayati" ucap Joko lirih.

Sa kasian dengan Joko. Cintanya yang tulus tidak terbalas. Tetapi, Hayati berhak memilih. Kebahagiaan masing-masing orang berbeda, semua tergantung sudut pandang. Termasuk Hayati.

Joko sudah semakin dekat. Sa hanya tersenyum menyambut kedatangannya yang tergesa-gesa. Malam ini dia tampak sangat bahagia. Tidak seperti biasanya.

"Bahagia benar Mas Jok?" 

"Iya mas. Hayati sekarang jadi janda" 

"Lah, maksudnya gimana mas?"

"Itu, Ustad Yusuf mangkat. Dia mati di hotel Melati"

"Ya Tuhan. Sekarang di mana Mas Jok jasadnya?"

"Mboh. Masih diperiksa polisi. Dia mati saat main sama cewek anu di Melati"

"Oala. Istrinya kan empat Mas Jok. Kok iso ngono?"

"Mungkin lagi kepengen suasana baru mas. Hanya almarhum yang tahu. Intinya Hayati sekarang menjanda. Soal lain, aku tidak peduli"

Sa hanya geleng-geleng kepala. Di emperan Warung Madura yang diterangi lampu jalan, sa melihat Joko berbeda dari biasanya. Bahagia sekali dia. Butuh waktu 20 tahun untuk menunggu Hayati kembali. 

Sa juga baru tahu, Joko ternyata tidak pernah pergi ke tempat prostitusi. Selama 20 tahun, perempuan-perempuan yang dia tiduri adalah istri-istri dari Ustad Yusuf.

Mulai dari spek sapi hingga bidadari, disikat habis setiap hari. Almarhum Ustad Yusuf ternyata suka laki-laki dibanding bininya sendiri...

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *